Diperkirakan mikoriza menyerap karbon hingga 13,12 Gt CO2 eq per tahun, peningkatan hubungan mikoriza-tanaman lebih dari 475 juta tahun lalu berkaitan dengan “penurunan 90% kadar CO2 atmosfer” tetapi, pertanian modern telah menghancurkan sebagian besar mikroba tanah, menghilangkan mikoriza, menguras karbon dari tanah, dan melepaskan 785 GtCO2 eq ke atmosfer dalam prosesnya.
Penambahan inokulasi mikoriza dengan MYCOVIR merupakan metode paling efektif untuk memulihkan komunitas mikroba ke dalam ekosistem pertanian, mikoriza secara permanen menarik karbon itu kembali ke tempatnya di tanah pertanuan kita. Simbiosis mikoriza didasarkan pada arsitektur pertukaran yang saling menguntungkan, mikoriza menyediakan nutrisi berharga bagi tanaman, dan tanaman membalas budi dengan makanan hasil fotosintesis berupa karbohidrat, yang menjadi sumber karbon.
Pada saat tanaman melakukan fotosintesis menambat karbon dari atmosfer, mikoriza secara permanen menyimpannya di dalam tanah. Tumbuhan ber MYCOVIR mengalokasikan hingga 20% hasil fotosintesisnya atau Produksi Primer Bersih (NPP) nya ke mikoriza, ini berarti bahwa hingga 20% karbon yang difotosintesis menjadi karbon mikoriza.
Arus masuk karbon dalam jumlah besar ke dalam tanah ini lebih besar daripada arus keluar karbon dari tanah pertanian akibat respirasi tanah yang menghasilkan arus masuk karbon bersih positif ke dalam tanah. Oleh karena itu, tanah yang kaya mikoriza menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskannya.
Mikoriza dikaitkan dengan keberadaan Protein Tanah Terkait Glomalin (GRSP) kelompok glikoprotein yang sulit dipisahkan yang terdiri dari sekitar 47% karbon dan membentuk 6-18% Karbon Organik Tanah (SOC). GRSP telah terbukti stabil, bahkan di tanah pertanian konvensional, selama beberapa dekade.
Selain menahan karbon, GRSP bertindak sebagai perekat tanah yang lengket, menggabungkan partikel-partikel tanah, dan menciptakan pengolahan tanah. Penggabungan partikel tanah yang ditingkatkan ini mendorong pembentukan Mineral Associated Organic Matter (MAOM), penyerap karbon stabil yang membentuk sekitar dua pertiga dari SOC dunia dan diperkirakan bertahan hingga 10.000 tahun.
Penyerap karbon terbesar ke-2 di dunia ada di tanah di bawah kaki kita. Karbon berada dalam keadaan surplus di udara dan defisit di dalam tanah. MYCOVIR menyeimbangkan kembali hubungan itu, inilah Jalan Menuju Ketahanan Karbon di lahan pertanian Indonesia.
Hingga 60% dari semua karbon organik tanah (SOC) yang berasal dari tanaman dikaitkan dengan mikoriza. Sebagian dari SOC kemudian disimpan secara permanen dalam glikoprotein yang tetap stabil bahkan setelah puluhan tahun pengolahan tanah. Sebagai komponen penting dari siklus penyerapan karbon, mikoriza memfasilitasi penyimpanan karbon melalui tiga cara kerja utama: masuknya karbon bersih, protein tanah terkait glomalin (GRSP), dan bahan organik terkait mineral (MAOM).
Sebagai jalur utama masuknya karbon ke dalam tanah, mikoriza bertanggung jawab atas hingga 60% dari semua karbon organik yang berasal dari tanaman yang masuk ke dalam tanah. Aplikasi MYCVOVIR menghasilkan aliran masuk bersih sebesar 1-4 ton setara CO2 per hektar per tahun.
Apa itu GRSP dan MAOM ?
Protein Tanah Terkait Glomalin (GRSP) adalah bentuk Partikulat Organik yang paling persisten hadir di tempat mikoriza melimpah dan bersifat stabil dari 7 hingga 42 tahun. Diperkirakan 6 hingga 18% dari total Soil Organic Carbon (SOC) tersimpan dalam bentuk GRSP. Riset sekuensing menemukan bahwa GRSP mencapai kondisi stabil, bahkan di bawah aktivitas pertanian konvensional yang berkelanjutan selama beberapa dekade. Dengan asumsi inokulasi mikoriza yang berhasil menabat GRSP sebesar 1,8 t C/acre, serta laju peluruhan eksponensial k=0,103, dihitung masuknya 0,6798 tCO 2 eq /acre.
Bahan Organik Terkait Mineral (MAOM), pembentukan MAOM ditingkatkan oleh aktivitas mikoriza yang mengeluarkan bahan perekat dan mengagregasi partikel tanah. MAOM dapat mengandung hingga 80% dari total karbon organik di tanah yang sehat dan bertahan dari 100 hingga 10.000 tahun. Di tanah yang kekurangan karbon — termasuk lahan pertanian konvensional — diperkirakan bahwa 10-50% karbon mikoriza dapat diubah menjadi MAOM dalam waktu satu tahun.
Dengan demikian, mikoriza dapat menambahkan 0,1-2 tCO2 eq /(acre/yr) MAOM ke tanah pertanian yang kekurangan karbon, yang dapat bertahan selama ratusan tahun. Jadi potensi penyerapan karbon dengan MYCOVIR sangat signifikan diperkirakan 300 juta hektar tanaman ber mikoriza berpotensi menyerap 1 gigaton setara CO2. Semoga!