Tanah merupakan komponen penting dari lingkungan yang kesuburannya dapat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat. Akumulasi logam berat di dalam tanah akan menurunkan kualitas kesuburan tanah dan membahayakan ketahanan pangan serta kesehatan manusia dan organisme lainnya. Hal ini juga mempengaruhi jumlah keanekaragaman dan aktivitas mikroba tanah sehingga produksi enzim ekstraseluler berkurang. Enzim tanah lebih sensitif terhadap cekaman logam berat dibandingkan tumbuhan dan hewan. Dengan demikian, aktivitas enzim tanah dapat menjadi indikator yang mencerminkan kondisi dan kualitas tanah.
Perkembangan masyarakat dan aktivitas industri telah meningkatkan jumlah logam berat yang masuk ke dalam tanah. Berbeda dengan polutan organik, logam berat tidak dapat terurai di lingkungan alamiah Distribusi, mobilitas, bio-availabilitas, dan toksisitas logam-logam ini di dalam tanah ditentukan oleh unsur kimianya. Logam berat dapat terperangkap dalam struktur bangun mineral silikat atau terikat pada berbagai senyawa tanah, termasuk bahan organik, mineral lempung, oksida besi dan mangan serta mineral karbonat. Daya ikat logam berat dengan berbagai senyawa beragam ini mempengaruhi penyimpanan atau pelepasannya dari dalam tanah.
Bentuk kimia logam berat mempengaruhi kelarutan, ketersediaan dan toksisitas logam tersebut di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperkirakan pengurangan efek-efek tersebut akibat penerapan adsorben yang berbeda maka bentuk kimia logam dalam tanah harus ditentukan lebih dulu. Metode ekstraksi sekuensial digunakan untuk menentukan bentuk kimia logam berat dan bio-availabilitasnya. Sebaran bentuk kimia logam dalam tanah bervariasi dan bergantung pada pH, kapasitas tukar kation, jumlah bahan organik, tekstur tanah, potensial oksidasi dan reduksi, jumlah kapur dan jumlah oksida Fe-Mn.
Memperbaiki kondisi tanah yang terkontaminasi logam berat dengan metode konvensional seperti penggalian, pencucian asam, ekstraksi dan stabilisasi spesies ionik menggunakan elektroda sangat mahal dan memakan waktu. Sebaliknya metode imobilisasi kimia logam berat dalam tanah merupakan teknologi yang hemat biaya dan mudah digunakan saat ini untuk memulihkan tanah yang terkontaminasi. Metode imobilisasi kimia didasarkan pada pengurangan bentuk logam yang tersedia di dalam tanah dengan menggunakan berbagai bahan tambahan seperti bahan organik, oksida besi dan mangan, mineral tanah liat dan polimer. Oleh karena itu, ketersediaan logam dalam tanah berkurang karena adanya ikatan dengan adsorben. Struktur morfologi dan kimia dari adsorben dan luas permukaannya mempunyai pengaruh terhadap sifat adsorpsinya.
Beberapa adsorben yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap stabilisasi logam berat dalam tanah: Mineral lempung seperti: Bentonit, Diatomit, Zeolit. Karbon Aktif, Kitosan, Fe dan Mn oksida, Biochar, Senyawa organik, Komposit nano.