ilustrasi-emisi-karbom-4_169

Manfaat Jamur Mikoriza dalam Pengendalian Emisi Karbon

Jakarta – Jamur Mikoriza merupakan salah satu sumber daya yang dapat membantu meningkatkan kelayakan hidup manusia. Hal ini dikarenakan hubungan jamur dan tumbuhan di dalam tanah dapat membantu mengendalikan emisi karbon dan transportasi karbon.

Peran Jamur Mikoriza dalam Pengendalian Emisi Karbon

Dilansir dari detikEdu yang mengutip dari laman BBC Science Focus, tim peneliti asal Inggris, Afrika Selatan, dan Belanda mengungkapkan bahwa tumbuhan mampu menyerap sekitar 13,12 gigaton karbon dioksida dari atmosfer ke dalam jamur mikoriza setiap tahunnya. Karbon yang diserap ke dalam tanah setara dengan 36% emisi bahan bakar fosil global tahunan.

Penyerapan ini terjadi karena terdapat hubungan simbiotik yang saling menguntungkan antara jamur mikoriza dan akar tanaman. Dalam proses ini, jamur akan menyediakan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan tanaman dan akan mengambil sebagian gula serta karbon dioksidanya yang diproduksi saat berfotosintesis.

“Penelitian ini memberi kita kesadaran akan peran potensial yang dimainkan oleh jamur dalam mengendalikan CO2 yang meningkat,” jelas seorang peneliti interaksi tanah-tanaman-mikroba di University of Cape Town, Afrika Selatan, Dr Heidi Hawkins.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini fokus utama ditempatkan pada perlindungan dan restorasi hutan untuk mengurangi perubahan iklim. Akan tetapi, jumlah karbon dioksida yang dipindahkan dari atmosfer selama proses fotosintesis yang dikirim ke bawah tanah menuju jamur mikoriza hanya sedikit.

Peran Jamur dalam Transportasi Karbon

Meskipun tumbuhan dan jamur mikoriza memiliki hubungan simbiotik yang saling menguntungkan, baru-baru ini para ilmuwan juga menemukan bahwa jamur juga bertindak sebagai pintu gerbang agar karbon mampu masuk ke dalam tanah.

Jamur mikoriza akan mengangkat nutrisi dan mineral melalui tanah menggunakan jaringan berfilamen bernama miselium. Lalu, jaringan miselium akan diperluas menggunakan karbon yang mereka dapatkan.

Diketahui, hal tersebut mampu memperkuat struktur tanah. Sayangnya, hingga kini para peneliti belum mengetahui berapa lama karbon bisa tinggal di dalam jamur.

“Walaupun jamur mikoriza tentu saja mengandung dan melepaskan karbon ke dalam tanah, saat ini kami belum tahu apakah jamur mikoriza adalah simpanan karbon (mempertahankan karbon) atau penyerap karbon (meningkatkan karbon dari waktu ke waktu),” jelas Hawkins.

“Namun demikian, sudah ada beberapa tindakan praktis yang dapat kita lakukan, misalnya dengan melestarikan daerah-daerah di mana kita tahu bahwa asosiasi mikoriza tertentu tersebut menghasilkan alokasi karbon yang tinggi ke dalam tanah (hutan dan heathland),” tambahnya.

Selanjutnya, para peneliti juga menekankan tentang perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut. Hal ini dikarenakan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UN Food and Agriculture Organisation (FAO) telah memperingatkan bahwa 90% tanah dapat terdegradasi pada tahun 2050 mendatang.

“Banyak kegiatan manusia yang merusak ekosistem di bawah tanah. Selain membatasi kerusakan, kita perlu meningkatkan tingkat penelitian secara radikal,” pungkas penulis buku ‘Entangled Life: How Fungi Make Our Worlds, Change Our Minds And Shape Our Futures’ Merlin Sheldrake.

sumber: detik.com

Foto: Dok. Unsplash.com

Tags: No tags

Comments are closed.